Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Karni Ilyas alias Bang
one
Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Karni Ilyas alias Bang
one
Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Karni Ilyas, memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga
majalah tersebut dibreidel pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994.
Jabatan terakhir Karni, Redaktur Pelaksana yang antara lain membawahi
Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika hampir seluruh persoalan hukum di
republik ini tidak penah lepas dari catatan Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin majalah hukum Forum Keadilan
hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap merangkap sebagai
Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat menjadi
referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap
persoalan hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media
elektronik, SCTV. Ia dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005).
Tampaknya, di televisi inilah Karni menemukan dunia baru yang ternyata
luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa
muncul setiap saat. Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon
bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo hanya enam tahun, Karni berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV
menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian Karni hijrah ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya,
banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri
kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred, Karni tak segan-segan turun
ke lapangan berbaur dengan reporter yunior. Karni pula yang berhasil
mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris Dr. Azahari
di Malang.
Tahun 2007, Karni dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih
Keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini,
Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news
dan sports.
Tak mudah mengubah image menjadi televisi berita. Namun sekali lagi,
Karni Ilyas membuktikan kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne
sudah mampu berdiri, dan diperhitungkan sebagai televisi berita
terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne telah diakui pula sebagai TV
Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil menggugurkan mitos bahwa sebuah
berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia adalah sebuah informasi
yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak ditonton sembari
menyeruput secangkir kopi.
Bang One
Bang One merupakan sosok Karni yang digambarkan melalui
karikatur/kartun. Tokoh ini dilahirkan pada bulan Maret 2008, sesaat
setelah munculnya tvOne. Selama satu tahun karakter tersebut terselip
dalam program-program berita tvOne (Kabar Pagi, Siang, dan Malam) dan
mendapat apresiasi yang baik. Sebagai wartawan yang lugas dan kritis,
Bang One diberikan kesempatan untuk memandu sebuah acara bincang-bincang
interaktif berjudul Bang One Show. Dalam mewawancarai seseorang, Bang
One kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Organisasi
Karni aktif di berbagai organisasi wartawan. Ia juga menjadi Presiden
Jakarta Lawyer Club, Ketua Umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), serta Anggota Komisi Kepolisian Nasional.
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
Original Post at: http://pranataharri.blogspot.com/2011/12/karni-ilyas-alias-bang-one.html#.UDoXB2GKLGg
0 comments:
Post a Comment