Content

Wapada

Saturday, January 12, 2013
Jacian Fares, Muallaf Marinir Amerika: Al-Qur‘an jauh lebih masuk akal ketimbang Bibel dan Torah Jacian FaresNAMAKU Jacian Fares. Aku keturunan keluarga Al-Fares dari Hebron. Ayahku dilahirkan di Libanon, sementara ibuku seorang wanita Spanyol. Aku merupakan generasi pertama keluargaku yang lahir di Amerika Serikat, tepatnya di kota Dearbon, negara bagian Michigan. Ayahku tidak terlalu peduli dengan agama, meskipun kekek-kekekku merupakan penganut Islam yang taat. Maka tidak heran, jika aku dan saudara kandungku tumbuh berkembang tanpa mengenal agama tertentu. Kami dibesarkan sebagai anak Amerika, titik. Aku dapat membayangkan, betapa ketidakpedulian ayahku itu dan jalan kehidupan yang dipilihnya telah membuat sedih hati kakek-kakekku. Percaya tidak percaya, di antara kami bertiga hanya aku yang pernah tinggal di Libanon selama 6 tahun, yaitu ketika aku masih remaja. Pengalaman tinggal di Libanon itu bisa dibilang sebagai persentuhan pertamaku dengan kebudayaan Timur Tengah. Persentuhanku kedua dengan peradaban Timur Tengah terjadi saat aku berdinas sebagai anggota angkatan laut Amerika Serikat, sebagai seorang marinir. Aku ikut memimpin pasukan AS menginvasi Iraq, sebuah perang yang tidak aku setujui, tapi apa mau dikata karena aku hanya seorang prajurit. Di Fallujah dan tempat-tempat lain di Provinsi Al Anbar, aku berusaha mengenal penduduk setempat. Aku memperhatikan bagaimana kebiasaan orang Arab selama bulan Ramadhan dari tahun ke tahun. Aku menyaksikan bagaimana mereka begitu taat dan patuhnya kepada agamanya. Malang tidak dapat dihindari. Suatu saat aku tertembak di Iraq dan kehilangan satu dari dua ginjalku. Aku percaya itu kehendak Tuhan, karena aku yakin setiap kejadian pasti ada alasan di belakangnya. Ketika pulang kembali ke Amerika Serikat, aku dalam keadaan sangat tertekan, depresi dan merasa hampa, tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam hidup ini. Aku terbiasa memiliki rutinitas tertentu sebagai prajurit, dan kini semua itu lenyap. Hubungan sosialku pada saat itu dalam titik nadir. Aku kesepian. Di tengah kegelisahan, kakek-kakekku dan bibi-bibiku menunjukkan jalan menuju Islam. Sepanjang tahun 2008 kerjaku hanya membaca al-Qur‘an. Dan itu rasanya seperti langsung ‘nyambung’.

0 comments:

Post a Comment

SN PRODUCTION

Berita Hukum dan Kriminal

HUKUM

Berita Sosial

SOSIAL

Baca Juga Ini

SERBA-SERBI

RAGAM

Berita Bola

OLARAGA

Berita Politik

POLITIK

Berita Bisnis

BISNIS

Info Bola

Recent Post

Random Post

INFO LAINNYA

Motor GP

Motor GP

Tiket Pesawat

Powered by Blogger.

Popular Posts

About Me

About Us

make
just make a gif here