Content

Jokowi sENYUM fOKE ?

Thursday, January 10, 2013

Kenapa Jokowi Menang dan Foke Kalah?



Pesta demokrasi rakyat DKI Jakarta akhirnya terselenggara jua. Kamis (20/9) hajatan terbesar kota multietnis ini berjalan dengan lancar dan damai demikian dilontarkan oleh kedua kandidat Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dan pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama usai putaran kedua Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI di media televisi nasional. Menariknya hasil perolehan suara dapat langsung diketahui masyarakat Indonesia melalui hitung cepat (Quick Count) yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey.
 
 Pilkada DKI putaran kedua yang menyisakan pasangan Foke – Nara dan Jokowi  Ahok ini bukan hanya menjadi pertarungan politik parta-partai besar di Indonesia. Sosok kedua pasangan Cagub-Cawagub ini menjadi sangat fenomenal di setiap pemberitaan di media massa hingga perbincangan di media sosial. Branding kemeja kotak-kotak Jokowi – Ahok dikonsep dengan baik oleh tim sukses kampanye. Dan pengalaman memimpin Jakarta disimbolkan dengan kegagahan kumis milik Foke – Nara.
 
Dari hasil hitung cepat yang dilakukan Indo Barometer yang dilansir oleh Metro TV pasangan kotak-kotak Jokowi – Ahok mengungguli Foke – Nara. Dari 300 sampel sebagai representasi 15.059 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh DKI  Jokowi Ahok berada pada peringkat pertama perolehan suara sebanyak 54,11% unggul 8,22% dari rivalnya Foke – Nara yang harus puas dengan perolehan 45,89% suara. Pertanyaannya apakah yang mendongkrak perolehan suara pasangan Jokowi – Ahok yang didukung oleh partai PDIP dan Gerindra ini ? Suaramuda.com mencoba untuk menggali lebih dalam wawancara dengan akademisi Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara, Suzy Azeharie.
 
Dari hasil wawancara tersebut Suzy mengatakan ada banyak faktor yang mendukung kemanangan Jokowi – Ahok pada putaran kedua ini. Penampilan bersahaja dengan tutur kata sederhana dari seorang Jokowi rupanya mudah dimengerti oleh semua kalangan masyarakat DKI. “Baju kotak-kotak simpel” ujar Suzy. Beda halnya dengan pasangan Foke-Nara yang menonjolkan penampilan yang elitis dengan memakai jam dada emas dan wajah yang terkesan angkuh.
 
Selain itu Suzy melanjutkan “orang Indonesia itu cenderung memilih orang yang terlihat dizalimi" lihat saja SBY yang menang Pilpres 2004 karena masyarakat terenyuh dengannya lantaran sebagai Menteri yang “didiamkan” oleh Megawati kala itu. Ketika Jokowi menghadapi kampanye hitam yang insinuatif,masyarakat justru lebih simpatik dan merasa kasihan kepada pasangan Jokowi – Ahok yang diterpa isu berbau SARA. Demografi penduduk DKI yang multietnis dan banyaknya kalangan terpelajar kelas menengah dinilai cerdas dalam mengolah informasi yang di dapat dari media.
 
Faktor lain yang tak kalah penting adalah pesimisme masyarakat dengan kondisi negara yang semakin carut-marut karena dipegang oleh kekuasaan yang cenderung korup dan pemimpin yang lemah. Kandidat Incumbent dipandang sebagai personifikasi dari penguasa elit yang bertanggung jawab terhadap kondisi negara ini. Dapat diduga masyarakat kemudian menilanya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kemunduran yang terjadi.
 
Suzy menjelaskan bahwa masyarakat mungkin melakukan “balas dendam” kepada partai politik yang dianggap sebagai sumber korupsi dan kesemrawutan politik Indonesia. Pasangan incumbent yang didukung oleh Partai Demokrat akhirnya dipukul mundur oleh hak politik warga DKI. Masyarakat pada akhirnya merindukan sosok pemimpin yang amanah dan membawa perubahan. "Sosok Jokowi – Ahok yang sederhana dan mewakili keberagaman masyarakat menjadi representasi pemimpin yang didambakan oleh semua kalangan" ujar Suzy menutup. (DK/Hexo)

0 comments:

Post a Comment

SN PRODUCTION

Berita Hukum dan Kriminal

HUKUM

Berita Sosial

SOSIAL

Baca Juga Ini

SERBA-SERBI

RAGAM

Berita Bola

OLARAGA

Berita Politik

POLITIK

Berita Bisnis

BISNIS

Info Bola

Recent Post

Random Post

INFO LAINNYA

Motor GP

Motor GP

Tiket Pesawat

Powered by Blogger.

Popular Posts

About Me

About Us

make
just make a gif here